Thursday, March 13, 2008

BANTIMURUNG, WISATA ALAM YANG KOMPLIT





Makassar – Taman Nasional Bantimurung yang berlokasi di Kecamatan Bantimurung, Kabupeten Maros atau sekitar 45 kilometer dari Kota Makassar, menjadi alternatif utama bagi wisatawan nusantara (wisnu) dan wisatawan mancanegara (wisman) setiap kali mengunjungi Kota Makassar.

Di Bantimurung, selain dapat menikmati panorama alam di pegunungan kapur (karst) yang terbentang sekitar 15 kilometer yang menghubungkan Kabupaten Maros dengan Kabupaten Pangkep, daerah tetangganya.

Saat tiba di pintu gerbang Bantimurung, patung seekor monyet raksasa dan kupu-kupu siap menjemput. Kedua satwa ini merupakan icon Bantimurung. Pasalnya, monyet tak berekor dengan nama latin Macaca maura dan ratusan kupu-kupu jenis endemic masih dapat ditemukan di sekitar lokasi itu.

Tak heran jika asing asal Inggris, Alfred Russel Wallace (1823-1913) memberikan julukan terhadap Taman Wisata Alam (TWA) dan Cagar Alam Bantimurung, "Kerajaan Kupu-Kupu" (The Kingdom of butterflies), setelah menemukan ratusan jenis kupu-kupu endemik di Bantimurung diantaranya Catapsilia pamona flava, Anartia sp, Calastrina sp,
Danis sp, Papilio dan Vindula arsinoe.

Sekitar 100 meter dari gerbang, akan ditemukan wisma dan mess yang dapat dijadikan penginapan bagi pengujung Bantimurung. Tarif penginapan ini cukup terjangkau, untuk mess hanya Rp40 ribu per kamar per hari, sedangkan wisma tarifnya Rp60 ribu per kamar per hari dengan fasilitas tempat tidur, televisi dan kulkas. Selain itu, tersedia pula kolam renang dan tempat pertemuan yang disebut Baruga besar yang dipersewakan Rp250 ribu per hari dan Baruga kecil Rp100 ribu per hari.

Untuk mencapai petugas yang menjual karcis di loket, cukup berjalan kaki lahi sekitar 100 meter di antara belasan warung yang tertata apik di samping kiri kanan jalan beraspal. Belasan warung itu menjual aneka makanan tradisional seperti gogos, burasa, dan songkolo yang terbuat dari beras ketan, serta makanan kecil (snack) dan aneka minuman kemasan botol dan kotak.

Di jejeran warung itu pula akan ditemukan beberapa warung yang menjual aneka souvenir berupa kupu-kupu yang sudah dikeringkan dan dikemas dalam bingkai yang menarik, juga gantungan kunci yang bahannya ada yang terbuat dari jenis insekta atau serangga.

Sementara untuk menikmati permandian air terjun dan gua ‘mimpi’ di Bantimurung, terlebih dahulu harus membayar karcis di loket. Untuk pengunjung dewasa dikenakan tarif Rp5 ribu dan anak-anak Rp4 ribu per orang.

Suara gemuruh air dari air terjun bertingkat Bantimurung menjadi ‘musik alam’ semakin menambah keasrian alam itu. Begitu pula keberadaan gua ‘mimpi’ yang didalamnya terdapat relief purbakala, akan menjadi kenangan tersendiri. Apalagi stalagmit dan stalagtid di gua itu mampu memberikan nuansa ketenangan dan kedamaian.

Untuk melengkapi kenyamanan pengunjung, pihak pengelola Kawasan Wisata Bantimurung yang berada dibawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Maros membangun sejumlah pendopo yang diantaranya dinamakan pendopo “Bissu Daeng” yang dapat digunakan untuk duduk bersantai sambil menikmati panorama alam. Selain itu, juga disiapkan kamar mandi dan ruang ganti di sekitar air terjun Bantimurung.

Dengan sejumlah pesonanya, tepat kiranya, jika pengujung yang pernah menginjakkan kakinya di taman nasional ini menyebut Bantimurung sebagai wisata alam yang komplit. Tak heran jika konstribusi Bantimurung terhadap PAD Pemkab Maros naik dari tahun ke tahun. Terbukti pada tahun 2005 PAD Bantimurung yang hanya Rp1.544.619.000 naik menjadi Rp2.220.065.700 pada tahun 2006, dan pada tahun 2007 lalu lebih tinggi lagi menjadi Rp3.090.911.500.