Sunday, September 7, 2008

BLT, PELEPAS DAHAGA SESAAT


Makassar, 22/5 (ANTARA) - Tidur dibawah kolongrumah panggung yang sudah reot, tidak membuat Jaizahdan suaminya, Arifuddin sekhawatir ketika mendengarisu bahwa pemerintah akan menaikkan harga BBM lagi.
"Sekarang saja sudah susah mendapatkan minyaktanah, dan harganya mahal pula. Bagaimana kalaupemerintah menaikkan harga BBM lagi?" ujar Jaizahkepada suaminya dengan mata berkaca-kaca.
Pasangan suami isteri itu hidup di rumahkontrakan bersama tiga orang anaknya di Jalan PettaPonggawa, Kelurahan Kalukuang, Makassar, telahmerasakan himpitan ekonomi sebelum adanya kenaikanharga BBM. Kini, sudah mulai terbayang bagaimanahimpitan ekonomi itu akan berlipat ganda pada saatharga BBM dinaikkan.
"Tapi pemerintah akan berikan BLT bu, bantuanyang sama 2005 lalu," kata Arifuddin menimpalipernyataan isterinya.
Isterinya yang terbaring di ranjang kayuukuran 2 x 1 meter itu, karena penyakit yang dideritasejak tiga bulan lalu, hanya mengusap peluh didahinya. Dalam hati ia berharap, bantuan yang akanditerima keluarganya itu dapat meringankan biaya hidupsehari-hari mereka. Roda ekonomi keluarga Arifuddin yangberprofesi sebagai buruh serabutan, masih cukupterbantu ketika Jaizah masih mampu berkeliling kampungmenjual jasa sebagai tukang pijat. Namun sudah tigabulan terakhir, perempuan paruh baya itu tidak lagimampu menggerakkan badannya. Pernah diopname di rumahsakit pemerintah selama sebulan, namun tidak adaperubahan sehingga terpaksa dipulangkan ke rumahkontrakannya.
Ini adalah salah satu potret rumah tanggamiskin (RTM) di Kota Makassar yang akan menjadisasaran program Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagaikompensasi dari kenaikan harga BBM yang sebentar lagiditetapkan oleh pemerintah.
Jumlah RTM yang dinyatakan oleh WalikotaMakassar H Ilham Arief Sirajuddin akan menerima BLTsebanyak 70.160 RTM. Padahal sebelumnya, menurutKepala Dinas Sosial Makassar Ibrahim Saleh sesuairapat koordinasi dengan instansi terkait, jumlah RTMyang akan menerima BLT 2008 turun sekitar 2.000 RTMsetelah dilakukan verifikasi data di lapangan.Artinya, yang ideal menerima BLT hanya berkisar 68.000RTM.
Menanggapi hal tersebut, Murad Munsyir LurahKalukuang, Kecamatan Tallo, Makassar mengakui, jikadata BLT yang digunakan itu masih data BLT 2005 yangmerupakan hasil data BPS. Namun kebijakan pemerintah,untuk data BLT tahun ini diharapkan peran aktif pihakkelurahan.
"Hanya saja waktu yang diberikan sangatmendadak, sementara untuk mencapai validitas dataitu tidak cukup dalam seminggu," katanya sembarimengimbuhkan, kartu BLT baru diterima kemarin, dandiminta mendata ulang yang berhak menerima dalamsehari saja. Karena rencananya, dalam dua tiga hari kedepan BLT sudah akan dicairkan.
Ketidaksiapan dalam verifikasi data BLT dilapangan, juga diakui 142 lurah lainnya yang tersebardi 14 kecamatan di Makassar. Namun karena kondisi yangmemaksakan, mau tidak mau data lama masih akandijadikan rujukan utama dalam penentuan penerima BLT. Tidak Mendidik
Menanggapi program BLT yang akan diberikankepada RTM sebagai penangkal gejolak pada saat hargaBBm dinaikkan, Prof DR Halide, pengamat ekonomi dansosial dari Universitas Hasanuddin menilai, programtersebut tidak mendidik, karena hanya memicumasyarakat RTM menjadi komsumtif dan memilikiketergantungan yang sangat tinggi.
"Seharusnya, pemerintah lebih fokus sajamemberikan modal produktif dan bekal keterampilan padaRTM, itu jauh lebih mendidik daripada program BLT yangibarat hanya sebagai pelepas dahaga sesaat," katanya.
Alasannya, biasanya dana BLT yang diterima akandihabiskan dalam satu hari saja, seperti pengalamanBLT sebelumnya. RTM cenderung membeli barang yangbukan untuk kebutuhan sehari-harinya.
Hal senada dikemukakan Sekretaris YayasanLembaga Konsumen Sulawesi Selatan (YLKSS) YudiRahardjo. Menurutnya, pemerintah harus belajar dariprogram BLT sebelumnya yang banyak tidak tepat sasarandan cenderung dimanfaatkan oleh oknum yang tidakbertanggung jawab untuk mencari keuntungan.
"Kalaupun itu terpaksa dijalankan, tentuharus dipertimbangkan nilai bantuannya, sistematikapenyalurannya dan pengawasannya," ujarnya sembarimengimbuhkan, nilai bantuannya saat ini ternyata tetapsama dengan BLT sebelumnya, sementara semua hargabarang sudah sangat berbeda dengan kondisi 2005 lalu.
Sistem pengawasannya pun belum jelas,lanjutnya. Padahal itu sangat penting untukmengantisipasi adanya 'permainan' di lapangan.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Kantor PTPos Wilayah X Sulawesi Alosius mengatakan, untukpenyaluran BLT di Makassar, pihaknya sudah menyiapkansembilan kantor pos dan mengatur penjadwalanmasing-masing kecamatan.
"Yang menerima BLT harus orang yangbersangkutan, tidak boleh diwakili seperti padapenerimaan BLT sebelumnya. Hal ini untuk menghindariadanya penerima BLT yang bukan miliknya atau milikkeluarganya," paparnya sembari mengimbuhkan, bagipemegang kartu BLT yang sakit, akan ditunggu hinggasembuh dan batas pengambilan BLTnya bisa hingga akhir2008.

No comments: