Wednesday, September 10, 2008

JUMINO, MANUSIA "SERIBU TUMOR"


Makassar -- Jumino (50), lelaki asal Desa Bumi Ayu, Kecamatan Wonomulyo, Sulawesi barat (Sulbar) tidak pernah menduga setelah 33 tahun menanti, akhirnya sebagian dari ratusan tumor yang ada di sekujur tubuhnya bisa dihilangkan setelah melalui operasi di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo (RSWS), Makassar.

Kasus Jumino ini, merupakan penyakit langka sama dengan kasus Dede yang bergelar “manusia akar”. Sementara lelaki yang berprofesi sebagai penggali kuburan di Wonomulyo ini, digelari “manusia seribu tumor” lantaran jumlah benjolan yang tersebar di tubuhnya mencapai 1.126 buah berdiameter satu hingga tujuh centimeter.

Sejak kehadiran Jumino 26 Februari lalu di RSWS atas bantuan Harian Fajar, media lokal yang membawanya bertemu dengan tim dokter yang terdiri dari 23 orang dan diketuai Dr. Anis Irawan, Kepala Bagian Kulit dan Kelamin RSWS, hingga kini sudah tiga kali menjalani operasi.

“Operasi pertama pada bagian wajah, menyusul selaput mata dan kemarin operasi untuk mengangkat tumor pada bagian tangan,” jelas Jumino yang senantiasa didampingi oleh adiknya, Boinah di ruang perawatan Lontara III RSWS.

Lelaki yang juga menjadi buruh tani disela-sela aktivitasnya menggali kubur ini pun menuturkan riwayat penyakitnya. Ketika beberusia 17 tahun, di sekujur tubuhnya timbul bentol-bentol merah, mirip gigitan semut. Namun kemudian bentol-bentol itu berubah menjadi benjolan seiring dengan waktu, hingga akhirnya ia berusia 33 tahun benjolan pada bagian wajah dan punggungnya diameternya ada yang sampai tujuh centimeter.

Sebenarnya, ungkap lelaki yang sempat minder karena penyakitnya itu, benjolan itu tidak terasa sakit, karena hanya berupa daging yang terasa lembek. Sehingga jika berbaring, ia tidak perlu khawatir. Hanya saja benjolan yang sebesar telur, cukup mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

Menurut Bonia, Junimo tidak pernah berobat medis maupun tradisional, lantaran tidak memiliki uang yang cukup. Selain itu, Jumino hanya pasrah menghadapi nasibnya yang dianggap tidak ada cara lagi untuk menyembuhkannya.

Untunglah, setelah diberitakan Harian Fajar, salah satu media lokal di Sulsel dan mendapat dukungan “dompet peduli” dari media itu, kepercayaan diri Jumino untuk sembuh tumbuh kembali.

Mengenai penyakit Jumino, Dr Anis mengatakan, berbeda dengan penyakit kutil akibat virus yang diderita Dede. Penyakit Jumino hanyalah faktor herediter (gen) yang nama latinnya Nero Fibromatous Multiple atau disebut juga Von Reclin Hauzen sindrom.

“Jadi, penyakit Jumino adalah hanya tumor ringan,” katanya sembari mengimbuhkan, untuk penyembuhannya cukup melalui pengobatan kosmetik berupa pembedahan atau mengeluarkan gumpalan daging yang ada di sekujur tubuh Jumino.Sementara mengenai pembiayaan rumah sakit Jumino, lanjutnya, akan ditanggung pemerintah karena Jumino termasuk keluarga yang tidak mampu dan penyakitnya terbilang langka. Kendati demikian, Harian Fajar yang mendampingi pengobatan Jumino sejak awal, juga membuka 'dompet peduli’ untuk membantu biaya perobatan lelaki asal Jawa yang keluarga ikut program transmigrasi di Sulbar seperempat abad silam.

No comments: