Thursday, May 24, 2007

SAMPAH DI MAKASSAR SUDAH JADI UANG

Makassar, 14/4 (ANTARA) - Dulu sampah dipandang sebelah mata, karena dianggap barang tak berguna. Kini sampah di Kota Makassar sudah memiliki nilai dan bisa menghasilkan uang.
Setidaknya itulah yang terjadi pasca kehadiran PT Original Organic Recovery Group Indonesia (ORGI) yang mengelola sampah Kota Makassar menjadi pupuk kompos sejak tahun 2000 lalu.
Timbunan sampah selama bertahun-tahun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang di Makassar, telah dapat diolah menjadi pupuk kompos yang dapat digunakan di sektor pertanian, perikanan dan pertambangan.
"Daur ulang sampah ini, turut membantu program Makassar bersih, sekaligus memberikan nilai tambah bagi masyarakat di sekitar pengelolaan sampah tersebut," ungkap H Ilham Arief Sirajuddin, Walikota Makassar yang telah memberikan perpanjangan izin bagi perusahaan yang tercatat di Indonesia, Makassar menjadi daerah pertama memiliki pabrik olahan sampah.
Kontrak karya PT Orgi dengan Pemkot Makassar, menurut Direktur PT Orgi Sukardy, awalnya hanya sepanjang 2000-2015, namun setelah melihat perkembangannya beberapa tahun terakhir, akhirnya disepakati memperpanjang kerjasama tersebut hingga 2026.
Sementara itu, Emi Widayani, National Business Manager PT ORGI mengimbuhkan, cabang perusahaan pertambangan asal Australia ini, memiliki kemampuan produksi pupuk organik atau kompos rata-rata 100 ton per hari atau sekitar 1.000 ton per bulan dalam kondisi normal (kemarau). Namun jika musim penghujan, produksi cenderung menurun, karena kesulitan mengolah bahan baku yang basah yang berumur tiga hingga lima tahun.
"Selain itu, biaya mengeringkan bahan baku juga jauh lebih mahal dari pada produksinya," katanya sembari menambahkan, investasi awal pada saat pendirian pabrik yang mempekerjakan 22 orang karyawan itu, sekitar Rp4 miliar.
Keberadaan PT Orgi dalam kurun enam tahun terakhir, telah memberdayakan masyarakat lokal untuk mengoperasikan dua mesin pengolah yang diimpor dari Amerika dengan kapasitas 100 ton per hari. Produksi pupuk organik yang dihasilkan selama ini telah dikirim ke daerah Sulbar, Sulteng dan Perusahaan Tambang PT Inco, Tbk.
Pabrik ini juga menerapkan sistem pengolahan yang ramah lingkungan. Artinya, ORGI tidak mengambil atau mencari lahan baru untuk kemudian mendatangkan sampahnya seperti kasus Bojong di Bogor.
"ORGI-lah yang 'mendatangi' TPA, sementara kawah dari hasil galian bahan baku yang sudah tertimbun bertahun-tahun akan menjadi lokasi penimbunan sampah yang baru sehingga tidak perlu mencari lokasi untuk TPA baru sehingga para pemulung yang beraktivitas setiap hari di lokasi itu tidak perlu kehilangan lahan mencari hidup," ujarnya.
Mengenai nilai jual kompos yang dihasilkan PT Orgi, Emi mengatakan, kompos ini dijual lebih murah dibanding pupuk kimia. Sebagai perbandingan jika pupuk urea ditebus petani seharga Rp1.500 - Rp2.000 per kilogram, maka pupuk kompos ini jauh lebih murah yakni hanya sekitar Rp500 per kilogram.
Kebijakan harga murah ini dimaksudkan untuk membantu para petani, peternak dan pengelola pertambangan untuk membeli pupuk yang ramah lingkungan. Sementara dari sisi perusahaan sendiri, harga jual itu belum mampu menutupi biaya investasi yang ditanamkan.
"Namun kita optimistis usaha ini suatu saat akan mendatangkan keuntungan jika produksi telah berkesinambungan dan pasarnya makin meluas," ujarnya.

Saling Dukung

Pengelolaan sampah yang semakin berkembang, diharapkan dapat saling mendukung dengan penciptaan imej Kota Makassar sebagai kota yang bersih.
"Apalagi ke depan, setelah produksi pupuk organik ini berkembang, akan ditingkatkan lagi untuk mengolah sampah plastik dan gas metal dari sampah-sampah buangan," ungkap walikota menanggapi sinergitas kerjasama PT Orgi dan Pemkot Makassar.
Untuk membantu kelancaran suplai bahan baku yang akan ditimbun sekian tahun, selanjutnya dijadikan pupuk kompos, ia mengatakan, Pemkot melalui Dinas Dinas Lingkungan Hidup (LH) dan Keindahan Pemkot Makassar menyiapkan 117 armada angkutan sampah dan 186 kontainer sampah di Makassar.
"Fasilitas ini juga akan digunakan pada saat peringatan Program Makassar Bersih yang ketiga tahun pada 15 Mei mendatang, sekaligus menjai momen rangkaian peringatan keempat abad Kota Makassar," jelasnya sembari menambahkan, sedikitnya sekitar 4.000 warga akan turun bersama aparat pemerintah pada saat itu.
Menyikapi gencarnya Pemkot mewujudkan target program Makassar bersih itu, Rahman salah seorang pemulung di TPA Antang yang lebih akrab disapa Aco mengatakan, upaya pemerintah itu sangat baik, karena sejumlah pemulung dapat diserap bekerja di perusahaan yang juga mengolah sampah.
"Jadi kami tidak asing dengan pekerjaan itu, karena memang selama ini kami bergelut dengan sampah," katanya sembari menambahkan, sampah baginya sangat berarti karena bisa mendatangkan uang untuk menyambung hidup.
Sebagai karyawan, ia mengaku mendapat penghasilan diatas Upaha Minimum Provinsi (UMP) dengan mengantongi Rp750 ribu per bulan. Di sisi lain, waktu-waktu senggangnya masih dapat digunakan untuk memulung sampah-sampah yang bisa didaur ulang, misalnya plastik dan karton yang dapat menghasilkan yang Rp20 ribu per hari.

1 comment:

Orangbiasaji said...

Pupuk kompos di Makassar makin di incar karena diminati oleh pehobi kegiatan berkebun (y) .. terima kasih infonya