Wednesday, June 27, 2007

IMLEK SEBARKAN NUANSA PERSAUDARAAN

Makassar, 15/2 (ANTARA) - Layaknya pergantian tahun Masehi, perayaan Imlek 2558/2007 M kali ini di Makassar bakal meriah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, perayaan Imlek kali ini selain memiliki agenda yang beragam, juga akan menampilkan karnaval budaya yang dihadiri sedikitnya 30 etnik dari seluruh Indonesia yaqng sarat dengan nuansa persaudaraan.
Sebulan menjelang perayaan Imlek, nuansa khas suku Tionghoa sudah menyebar di mana-mana. Mulai dari kawasan yang tak jauh dari Pantai Losari, khususnya sekitar jalan Sulawesi dan Irian, juga Kawasan Jalan Somba Opu, tampak aneka lampion menyemarakkan jalan-jalan dan rumah-rumah warga Kota Makassar keturunan Tiongkok.
Sementara di mall hingga pasar-pasar tradisional, tidak mau ketinggalan menjadikan momen Imlek sebagai salah satu cara menarik pembeli, dengan menyiapkan berbagai barang dan pernak-pernik yang berkaitan dengan perayaan Imlek. Di Mall Gowa Trade Center (GTC) misalnya, selalu menjadi langganan ajang kejuaraan barongsai yang senantiasa memukau dan menarik perhatian pengunjung mall, baik untuk datang berbelanja maupun hanya untuk 'cuci mata' saja.
Sama halnya di mall GTC, mall Panakkukang, Makassar Trade Center (MTC) Karebosi dan mall-mall lainnya di Makassar, tak mau ketinggalan dalam memberikan apreasiasi terhadap perayaan Imlek yang jatuh pada tanggal 18 Februari 2007. Mulai dari souvenir, kostum dan perabotan rumah tangga, semuanya mencirikan etnis Tionghoa yang identik dengan warna merah.
Momen imlek yang memberikan nuansa khas etnik negara Bambu Kuning ini, otomatis menjadi salah satu objek yang menarik bagi wisatawan, khususnya wisatan mancanegara yang belakangan ini marak mengunjungi Makassar.
Selama bulan Februari 2007, tercatat dua kapal pesiar yang singgah di Kota Makassar, masing-masing kapal pesiar Costa Marina dari Italia yang membawa 496 wisatawan Eropa pada Sabtu (3/2) dan kapal pesiar Albatros yang berbendera Jerman membawa 596 orang wisatawan Eropa.
Jalan Sulawesi dan Irian yang di dominasi warga beretnik Cina, menjadi salah satu tempat kunjungan wisatawan asing tersebut. Pasalnya, di lokasi itu, selain bisa berbelanja aneka ole-ole juga dapat mencicipi masakan khas Cina yang sudah mulai berasimilasi dengan masakah lokal khas Bugis-Makassar.
Hanya saja khusus di pemukiman 'pecinan' yang sudah dilengkapi gerbang bertuliskan "Cina Town", masih memiliki banyak kekurang untuk dijadikan objek wisata.
Hal itu diungkapkan DR Andi Ima Kesuma, salah seorang dosen Universitas Hasanuddin yang mengeluti di bidang sejarah dan permuseuman.
"Mempertahankan bangunan perumahan etnik Cina sudah baik, namun perlu ditunjang oleh hal-hal yang bisa menarik penungjung, misalnya menyiapkan jajanan khas Cina dan souvenir tanpa perlu mencari ke tempat lain lagi," jelas ibu dua orang anak ini yang juga adalah Kepala Museum Kota Makassar. Menanggapi kritikan tersebut, Yonggris salah seorang warga Makassar
keturunan Tionghoa yang setiap tahunnya menjadi Ketua Panitia Imlek mengatakan, hal itu perlu dibenahi ke depan. Apalagi keberadaan Cina Town itu, bukan stigma pengkotak-kotakan warga di Kota 'Anging Mammiri' ini, melainkan sebagai bukti sejarah dan bentuk kebebasan berekspresi.
Warga keturunan sendiri di Sulsel sekitar 110 ribu orang dan 80 persen di antaranya berada di Kota Makassar. Sedang agama yang dianut, hanya 20 persen dari jumlah warga keturunan itu menganut Agama Budha. Sedang selebihnya beragama Kristen dan Islam.
Hal tersebut dipertegas Walikota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin. Menurutnya, keberadaan Cina Town di Makassar itu adalah simbol bukti sejarah, bahwa zaman pra sejarah hingga saat ini keturunan Tionghoa
memiliki rasa persaudaraan yang kuat, bukan hanya diikat oleh kepentingan ekonomi.
"Kita memberikan ruang kepada semua etnik untuk tumbuh dan berkembang bersama-sama, dengan menyingkirkan rasa diskriminatif," ujarnya.

Cap Go Meh Terbesar
Serangkaian dengan perayaan Imlek alias prosesi Cap Go Meh di Makassar, dengan menghadirkan karnaval budaya yang melibatkan sekitar 5.000 orang dari 30 etnik menjadikan perayaan Cap Go Meh ini sebagai ajang yang terbesar sepanjang sejarahnya di Makassar.
"Karnaval budaya nusantara ini siap digelar 4 Maret mendatang. Ini merupakan yang paling besar setelah perayaan Imlek diperingati dalam kurun tiga tahun terakhir," ungkap Yonggris, Ketua Panitia Peryaaan Tahun Baru Imlek 2558/2007 M.
Menurutnya, karval yang didukung oleh utusan dari masing-masing klenteng, siap mengarak arca dewanya dengan melewati rute yang telah ditentukan pada Minggu (4/3) pagi.
Adapun rutenya, dimulai dari Jl Sulawesi-Jl Ujungpndang- Jl Pasar Ikan-Jl Penghibur-Jl Muchtar Lutfi-Jl Somba Opu-Jl Patimura-Jl Riburane-Jl Jend A Yani-l Dr Wahidin dan berakhir di Jl Sangir.
"Prosesi arak-arakan arca dewa ini, dimaksudkan untuk memberkati Kota Makassar agar terhindar dari segala ancaman bahaya dan penyakit," jelasnya.
Selain menggelar karnaval budaya, untuk memeriahkan Cap Go Meh itu, pada malam harinya, panitia menyiapkan enam panggung hiburan dan satu diantaranya adalah panggung utama yang dipusatkan di Jl Sulawesi.
"Acara ini, dijamin ramai karena kami akan menampilkan Golden Dragon untuk menghibur warga Makassar," ungkap Yonggris seraya menambahkan, pada malam itu pula akan menjadi ajang mencari jodoh bagi muda-mudi Tionghoa.
"Kami juga menjadikan perayaan Imlek ini sebagai bulan Berbagi Kasih dengan menggelar bakti sosial mulai 4 Februari sampai dengan 4 Maret 2007 mendatang," paparnya seraya menambahkan, bagi yang ingin menyumbangkan sebagian hartanya sebagai wujud kepedulian sosial, dapat mengirim SMS ke 5605238 dan pihak panitia siap menjemput sumbangannya di tempat, baik dalam bentuk uang, barang, bahan makanan, dan lain-lain.
Hasil derma yang terkumpul itu akan disalurkan kepada masyarakat yang kurang mampu, setelah dua atau tiga hari dari puncak acara (4 Maret). Sasarannya adalah mereka yang merupakan komunitas tukang becak, buruh bangunan dan masyarakat yang termarginalkan.
Yang jelas, ungkap pengusaha yang bergerak di bidang jasa ini, peringatan Imlek itu dititikberatkan pada fungsi sosialnya dengan mengedepankan dan menyebarkan rasa kebersamaan dan persaudaraan, tanpa membedakan etnik tertentu dan merasa lebih unggul dari etnik lainnya.

No comments: