Wednesday, June 27, 2007

BUSWAY VERSUS PETE-PETE, DEMI KEPENTINGAN PUBLIK?

Makassar, 20/12 (ANTARA) - Kota Makassar sebagai kota metropolitan,sangatlah wajar jika terus berusaha memenuhi kebutuhan masyarakatnya dariberbagai sisi, termasuk jasa angkutan umum.

Namun jika jasa angkutan kotayang dikenal dengan nama 'pete-pete' itu jumlahnya sudah diatas batasnormal dan ketika pemerintah kota (Pemkot) Makassar menggulirkan wacana mengadakan busway sebagai alternatif angkutan umum untuk kepentinganpublik, maka busway pun menjadi versus alias lawan bagi pete-pete yanglebih awal beroperasi di kota ini. Setidaknya itulah yang terjadi dalam beberapa pekan ini di Kota 'AngingMammiri' .

Pertarungan para sopir pete-pete dengan makhluk 'busway' yang dianggap sebagai ancaman baru, karena dapat menggeser rezeki mereka yangselama ini memang sudah seret, bakal menjadi semakin seret dan tidakmenutup kemungkinan terjadi pengangguran besar-besaran untuk rute-rute(trayek) 'gemuk', seperti Jalan Urip Sumohadjo - Karebosi - Sentral.

Tak heran, di warung-warung kopi dan tenda-tenda 'Coto', perbincanganpara sopir yang menjadi topik utama adalah rencana kehadiran busway yangmenjadi versus bagi pete-pete. Dari perbincangan tersebut akhirnya,Subair, Ketua Asosiasi Pemilik dan Sopir Angkutan Kota Makassar (Asmak)dan para sopir yang tergabung dalam Asosiasi Pemilik dan Sopir AngkutanKota Makassar, Lembaga Pengembangan Sosial Ekonomi dan Pemudaan Bias(LPSED Bias), dan Asosiasi Pemilik dan Sopir Angkot Makassar UnitPelabuhan (APSAM), turun ke jalan melakukan aksi demo di Kantor DPR danKantor Walikota Makassar.

Dalam aksi tersebut, mereka menuntut agar tidak mengoperasikan Busway dikota ini, dengan alasan angkot 'pete-pete' yang ada saja sudah cukupbanyak dan mengakibatkan para sopir kesulitan memperoleh penumpang.

"Sekarang saja kami sudah susah memenuhi terget setoran per hari, kalauada busway, jalur-jalur yang kami lalui tentu akan diambil alih olehBusway," ungkap Subair, Ketua Asmak yang juga sopir pete-pete trayekMakassar Mall - Daya.

Selain melakukan aksi demo di Gedung DPRD Kota Makassar dan KantorWalikota, para sopir juga melakukan aksi mogok melayani penumpang dariberbagai trayek. Kalaupun ada sopir yang mencoba-coba tetap beroperasisecara normal, dengan alasan untuk mencari uang makan bagi keluarga,sopir-sopir yang melakukan aksi mogok, menahan angkot itu dan menurunkanpenumpangnya dengan paksa.

"Saya sebenarnya juga tidak setuju ada busway, tapi kalau harus mogok,bagaimana caranya menutupi setoran dan mendapatkan uang makan bagikeluarga?," ujar Rasyid, sopir pete-pete trayek Kampus - Cendrawasihmenanggapi aksi rekan-rekannya.

Akibat aksi mogok dan menurunkan penumpang itu, ribuan penumpangterlantar di pinggir jalan sebelum sampai ke tujuan seperti yang terjadidi Jl Perintis Kemerdekaan, depan Kampus UKIP Makassar, Jl UripSumoharjo, Jl Cenderawasih, Jl Sultan Alauddin, Jl AP Pettarani, Jl Dr Ratulangi, dan sejumlah ruas jalan lainnya.

Menanggapi aksi tersebut, H Opu Sidik, Ketua Organisasi PengusahaAngkutan Daerah (Organda) Sulsel mengatakan, dapat memahami kegelisahan para sopir angkot, namun aspirasi yang disampaikannya itu baik ke pihaklegeslatif ataupun eksekutif jangan disertai dengan aksi yang kurangsimpatik, seperti menurunkan paksa para penumpang dan melakukan aksimogok.

"Alasan berdemo kan untuk memperjuangkan nasib sebagai kelompokmasyarakat yang melayani kepentingan umum melalui jasa angkutan. Kalaumasyarakat sendiri menjadi anti pati terhadap aksi para sopir, karenatelah menelantarkannya, itu bakal menjadi bumerang alias para sopir akanditinggalkan oleh penumpangnya nanti," jelasnya.

Menyoal adanya anggapan para sopir kalau Organda kurang memberikandukungan kepada para sopir, Opu mengatakan, Organda memang bukan wadahpara sopir, tetapi pengusaha angkutan. Kendati demikian, Organda tetapakan memperhatikan namun caranya mungkin berbeda dengan aksi para sopir.

"Dalam hal ini kami akan mengkaji terlebih dahulu keberadaan busway itu,jika memang manfaatnya jauh lebih besar untuk kepentingan publik danmemang sudah menjadi tuntutan publik, rencana pemerintah itu perludidukung," katanya seraya menambahkan, jika sebaliknya dan pete-peteyang ada saat ini dinilai mampu melayani publik dengan baik danmemberikan rasa nyaman, tentu busway tidak perlu diadakan.

Over Load
Keberadaan Angkot pete-pete saat ini sudah mencapai 8.000 unit ataumelebihi batas ideal operasional (over load) untuk kebutuhantransportasi darat penduduk Kota Makassar yang berjumlah sekitar 1,3 jutajiwa. Padahal idealnya, kendaraan umum yang beredar di Makassar itu hanya sekitar 2.300 unit.

"Kondisi ini menyebabkan adanya persaingan tidak sehatantar sopir di lapangan untuk mendapatkan penumpang.Karena itu, pemerintah atau pihak yang terkait harusmengevaluasi semua itu, bukan langsung mengadakan busway,"kata Opu Sidik mengingatkan.

Menurut Opu, Organda selama ini tidak pernah dimintaipertimbangannya oleh pemerintah atau pihak yangberkompeten dalam hal ini Dinas Perhubungan mengenai jumlahideal angkot yang beroperasi di kota ini. Bahkan, sudahmenjadi rahasia umum, aparat selalu saja mengeluarkanizin trayek baik secara sembunyi-sembunyi maupunterang-terangan, kendati jumlah pete-pete di Makassar sudah over load.

Tak ayal, di lapangan dari sekitar 8.000 ribu unit angkutan kota yangberoperasi, sebanyak 3.000 unit lebih yang tidak memiliki izin. Padahal,sesuai undang-undang yang berlaku yang mendapat izin operasionalhanyalah pengusaha angkutan dan perorangan yang memenuhi persyaratan.

Menanggapi persoalan pete-pete itu sendiri, Prof DR Djalaluddin Rahman,Ketua Komisi D Sulsel yang membidangi masalah kesejahteraan sertaBurhanuddin Odja, Ketua Komisi C DPRD Makassar sama mengingatkan, agarPemkot Makassar berikut jajarannya segera mengevaluasi izin-izin trayek yang ada saat ini, termasuk ribuan kendaraan yang hanya memiliki izintrayek fiktif.

"Jika itu bisa diselesaikan dengan baik, selanjutnya, melihat plus minuspengoperasian busway itu ke depan, sehingga semuanya bisa sama-samabaik," ujar Djamaluddin sembari menambahkan, kalau busway beroperasi,hendaknya biayanya jauh lebih murah sebagai angkutan publik yang difasilitasi oleh pemerintah.

Sementara rencana pengoperasian busway itu, Burhanuddin mengatakan,hendaknya para sopir bersabar dulu melihat perkembangan di lapangan.Selain itu, juga mengimbau agar tuntutan para sopir itu disampaikandengan 'kepala dingin'.

Pengadaan busway sendiri oleh Pemkot Makassar direncanakan mulaiberoperasi di Makassar pada tahun 2008 mendatang. Namun sebelum beroperasi, Pemkot Makassar akan membangun infrastruktur sepertipelebaran jalan, pembangunan halte dan jembatan penyeberangan, danfasilitas pendukung lainnya.

Pengadaan busway yang akan menelan biaya sekitar Rp40 miliar itu adalah kerja sama pemerintah pusat melalui departemen perhubungan dengan PemkotMakassar. Sistem transportasi ini juga ditawarkan kepada 14 kota besarlainnya di Pulau Jawa dan Sumatera.

Sementara Dephub menyediakan armadadengan sistem sudsidi. Khusus Makassar, diplotkan mendapatkan 20 unitbusway. Untuk kesiapan operasional busway itu, pada tahap pertama yangdirencanakan pertengahan 2007 mendatang, akan dibangun tiga koridor darienam koridor yang direncanakan. Koridor I untuk rute Jl Perintis Kemerdekaan-Urip Sumoharjo-Karebosi, menyusul Koridor II untuk rute Lapangan Karebosi-Sungguminasa dan Koridor III LapanganKarebosi-Tanjung Bunga. Sedangkan tiga koridor lainnya masih dalam tahappengkajian.

"Kami yakin operasional busway ini akan saling melengkapi pete-pete yangada saat ini. Jadi, para sopir jangan khawatir, karena busway hanya melewati jalur-jalur tertentu saja," ungkap Ilham Arif Sirajuddin,Walikota Makassar berargumen, menyikapi kekhawatiran para sopir diMakassar.

Walikota bahkan memberikan contoh, ketika Bus Damri akandioperasikan pada tahun 1990-an di Makassar, juga ditentangoleh para sopir, namun setelah beroperasi, dua jeniskendaraan publik itu tetap memiliki penumpang masing-masingdan kini sudah berjalan normal lebih sepuluh tahun.

Terlepas dari semua argumen-argumen itu, yang pasti, busway atau punpete-pete hadir mewakili kepentingan publik. Yang membedakan, hanyajumlah kapasitas panumpangnya, pete-pete hanya 12 orang sedangkan busway20 - 28 orang. Namun kapasitas penumpang itu kemudian menjadi persoalanbagi sopir pete-pete, karena busway sebagai angkutan massal dan hanyamemerlukan satu sopir untuk satu unit busway, sementara untuk jumlahpenumpang tersebut sudah bisa dua atau tiga unit pete-pete yang berartipula memberdayakan lebih dari satu orang sopir.

No comments: